Dengan Bekal Dana Dua Juta Mbah Sumi Wujudkan Rumah Idamannya

TH.Indonesia. Pati -  Pembangunan menjadi prioritas utama di desa Wotan, baik infrastruktur seperti talut, jalan desa yang berupa pengaspalan maupun pengecoran meliputi jalan penghubung antar desa, jalan utama atau gang kecil sudah beraspal maupun di cor sebagai penunjang kegiatan perekonomian desa yang mayoritas penduduknya berkerja disawah maupun berdagang, Rabu tgl (02/09/20).

Mbah Sumi dalam keterbatasan dan kesederhanaannya, wujudkan rumah impian.

Desa Wotan termasuk salah satu penghasil swa sembada pangan dengan lahan cukup luas di kabupaten Pati hingga tingkat kemakmuran penduduknya cukup tinggi.

Namun dengan berbagai bantuan yang mengalir ada salah satu rumah di dukuh Pandean RT 01 RW 02 Wotan kec. Sukolilo kab. Pati yang luput dari perhatian pemerintah daerah baik berupa bantuan RTLH rumah tidak layak huni milik mbah Jemuah bin Rebo.

Dengan kondisi disitulah mbah Jemuah yang mempunyai anak 8 orang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 5 anak perempuan cukup berat dalam menanggung kehidupan keluarga ini, dengan kondisi inilah mereka selalu bekerja sebagai buruh tani atau bekerja serabutan jika ada tenaga pocok yang membutuhkan agar keluarga ini bisa bertahan hidup.

Dari kondisi yang serba kekurangan mbah Jemuah dengan anak yang cukup banyak delapan orang terpaksa harus banting tulang demi anak-anaknya, dari pengakuan warga sekitar dan tetangga sendiri satu rumah berukuran kecil terpaksa dihuni tiga kepala keluarga karena sudah ada yang menikah.

Sebuah rumah peyot yang mau roboh menjadi tempat berbagi dalam kesusahan, yang pada akhirnya banyak empati dari warga untuk membantu secara swadaya dan sukarela.

Akhirnya harus di bongkar dan di bagi dua unit berukuran kecil yaitu kurang lebih enam kali enam dan satunya lagi berukuran empat kali enam dengan bahan dari bata merah agar lebih layak huni, seiring berjalannya waktu rumah dibangun menggunakan bata merah tersebut dengan biaya sebagian dari uluran tangan para dermawan atau donatur dan juga dari beberapa perangkat desa Wotan.

Putri yang paling besar perempuan paling tua Mbah Jemuah yaitu mbah Sumi (65) yang bekerja sebagai buruh yang mempunyai satu anak tersebut awalnya mempunyai uang tabungan 2 juta, disinilah dimasa pandemi wabah Corona dimasa kesulitan dalam kesusahan ada semangat yang luar biasa untuk membantu keluarga ini.

Para warga yang mempunyai skill tukang bangunan maupun pekerja lepas atau buruh pocok sekitarnya dan juga para tetangga berinisiatif untuk membantu, sebuah rasa empati rasa kepedulian yang akhirnya menjadikan sifat kegotongroyongan yang hampir punah atau sudah jarang terlihat pada masa sekarang ini.

Seperti Suroso dan keluarga dari mbah Sujarun menjadi sukarelawan yang bahu membahu bersama para tetangga dan warga bekerja dari pagi hingga sore selama hampir satu bulan lebih bekerja hingga bangunan itu berdiri cukup layak huni walau belum bisa dibilang mewah.

Aksi nyata ditengah pandemi covid-19 sebuah rasa persaudaraan yang nyata dari saudara Suroso dan para sukarelawan terutama Sutrisno, Legiman, Selamet juga mbah Kemis dapat membantu niat mbah Sumi dengan bekal uang dua juta mampu berdiri cukup megah rumah idaman beliau ini, yang pada akhirnya keluarga besar mbah Jemuah cukup lega, tidak harus terjaga tiap malam karena atap bocor kalo hujan atau was was kalau ada angin ribut yang selalu datang di musim penghujan.

Senyum dan tawa sudah menghiasi wajah keluarga mbah Jemuah rasa lega untuk hidup lebih layak pada akhirnya tercapai, hanya sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada para donatur, tetangga para sukarelawan yang selalu mengulurkan tangannya hingga rumahnya dapat berdiri saat ini.

Bangga dan salut buat rekan rekan semuanya yang bekerja keras, lembur meluangkan waktu dan tenaganya hingga terbit rasa kasih sayang kepada mbah Sumi untuk mewujudkan impiannya, inilah yang terus dipupuk rasa persaudaraan dan kegotongroyongan jangan sampai kita menjadi manusia tidak berbudaya dan hilang rasa peduli pada sesama," tutur Suroso saat ditemui awak media. (Amin/THI)