Pasien Jiwa di Pati Makin Didominasi Anak Korban HP, Game dan Bullying

THI. Pati - Jika sebelumnya penyimpangan perilaku pada anak kerap dijumpai di berita nasional, kini di tingkat lokal rupanya kasus sejenis mulai bermunculan di Pati.

“Sejak 2019 sampai sekarang, kami ada 30 anak dengan gangguan jiwa, dan beberapa diantara penyebab paling banyak adalah karena kecanduan game dan bullying,” ungkap Kepala Sentra Margo Laras di Pati, Jiwaningsih, saat menyampaikan pidato pembuka di acara Webinar Kesehatan Mental Anak, yang digelar oleh Pimpinan Daerah Salimah kabupaten Pati, sabtu sore (28/01/23).

Senada dengan Jiwaningsih, dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSUD RAA Soewondo Pati dan Keluarga Sehat Hospital pun mengungkapkan hal serupa. Dr Yarmaji Sp KJ yang menjadi pembicara utama dalam webinar itu secara terang-terangan mengungkapkan jika bangsal jiwa kini juga pasiennya dari segala umur.

“Mulai TK, SD, SMP, maupun juga SMA ada. Dan kemarin yang membuat kami miris ada remaja putri yang datang diantar Ortu, akibat penggunaan HP yang tak terkontrol, anak tersebut kecanduan pornografi hingga melakukan tindakan yang kurang terpuji dengan teman SMP-nya yang sama-sama perempuan”, ungkapnya.

Di hadapan ratusan ibu-ibu yang menyimak secara online, Yarmaji buru-buru meminta agar mereka jangan hanya kaget. “Ini tugas kita sebagai orang tua untuk mencegahnya”, imbuh dokter asal Juwana ini.

Pernyataan ini pun diamini oleh ketua Salimah kabupaten Pati, Hesti Kartika Sari, yang tak lain juga merupakan dokter spesialis anak di RSUD Soewondo. “Mereka bagian dari generasi emas yang harus kita jaga. Kalau mereka tidak bisa mengelola masa remaja mereka, gimana mereka bisa menata masa tuanya, dan bagaimana pula nasib generasi-generasi setelahnya. Itulah perlunya kita menaruh perhatian terhadap fenomena ini, semoga Allah SWT ganjar dengan pahala”, tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Hesti bahkan menyampaikan bahwa guna menyiapkan remaja yang lebih siap menyambut kedewasaan, Salimah yang dipimpinnya menggagas adanya sekolah pranikah. “Yang nanti mudah-mudahan dokter Yarmaji juga bisa kita libatkan untuk ikut mendampingi”, harapnya.

Sementara itu, para peserta di sesi tanya jawab umumnya banyak yang mengeluh tentang maraknya bullying. Seperti misalnya Susanti, salah seorang ibu yang mengaku putrinya pernah sembuh dari trauma bullying semasa SD, namun harus bertemu kembali dengan hal serupa saat masuk pondok pesantren.

Menyikapi berbagai pertanyaan dalam sesi tanya jawab, Yarmaji pun lantas berbagi tips dengan menyertakan contoh-contoh kasus, lengkap teknik penanganannya yang detail.

“Webinar komplitnya nanti juga bisa disaksikan ulang di Facebook Salimah Kabupaten Pati. Gratis, tanpa syarat apapun, dan bisa disebarkan untuk masyarakat umum”, ujar ketua Salimah di akhir pidatonya. ($.cipto)