Mr. Genjik : Kami Para Seniman Yang Terpinggirkan di Tengah Wabah Corona

TH. Indonesia. Pati - Menjadi duka yang nestapa bagi sebagian para seniman yang ada di kabupaten Pati, sudah hampir empat bulan lebih para pelaku seni panggung tiada yang bekerja alias menjadi pengangguran karena job hilang karena wabah covid-19 saat ini yang merajalela tak kenal ampun seperti killer sang pembunuh bayaran yang mematikan, Rabu tgl (15/07/20).

Sangat sulit hidup kami, kami terpuruk mas.

Job panggung hilang tentu bayaranpun hilang menguap entah kemana, seperti yang dialami sang seniman Suryanto alias Mr. Genjik yang selama ini hidup dari panggung ke panggung sebagai dagelan (pelawak) ketoprak macam Siswo Budoyo ataupun seni campursari, jatilan bahkan hiburan musikpun sudah mati suri, seakan-akan hidup segan matipun tak mau.

Sungguh sangat pahit kehidupan sehari-hari para seniman maupun seniwati saat ini, hidup tanpa penghasilan dan pengganguran sekian lama bagai himpitan sebuah gunung yang melanda sesak dalam menjalani kehidupan dengan berbagai kebutuhan keluarga, anak maupun istri dengan dalih untuk uang jajan anak maupun uang belanja agar dapur tetap ngepul.

Bukan saja hutang semakin menumpuk, apa saja kalo ada barang berharga pasti lebih baik dijual untuk sekedar bertahan hidup atau digadaikan demi kebutuhan sehari-hari yang semakin berat.

Ah tak pernah ada pikiran para pejabat negeri ini memikirkan para seniman jalanan ini.

Suryanto alias Genjik pun sudah merana merasa hidupnya tak lagi bergairah lagi, apakah ada bantuan langsung dari pemerintah saat ini untuk sekedar bertahan hidup untuk sesuap nasi, masihkah," teriaknya.

Berurai air matanya saat diwawancarai di alun-alun Pati sesaat setelah para seniman menghadap sang Bupati penguasa kab. Pati yang katanya arif dan bijaksana, namun hanya jeritan hati para seniman ini yang berujung gagalnya izin pentas yang tidak bisa di terbitkan karena wabah covid-19 ini.

Mungkinkah ada harapan hidup ditengah-tengah pandemi saat ini, jika sekarang untuk makan saja sulit, tiada bekerja sungguh sangat terpuruk kehidupan kami," jerit'y di tengah isak tangisnya.

Sang Genjik yang harus mewakili para isi hati para pelaku seni, mengukapkan mengapa jika pasar pun buka, mall pun buka kenapa izin seni tidak diijinkan untuk buka, padahal kami adalah tulang punggung keluarga, karena pekerjaan kami adalah sebagai seniman tolong berilah kesempatan kami untuk pentas," wahai para penguasa negeri ujarnya di isak tangis Mr. Genjik.

Sangat disayangkan jika hal seperti ini berlarut-larut tanpa ada kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mengatasi problema para pelaku seni, hidup hanya sepenggal jaman namun hanya seperti inilah kehidupan seniman yang terpinggirkan," ujar Mr. Riyanta SH. M.Hum. (Eko)