Bersama Babinsa, Jaga Penyu di Pulau Derawan Demi Kelestarian Alam

TH.Indonesia. Tanjung Redeb - Menegakkan kedaulatan negara dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi tugas pokok anggota TNI di manapun berada. Tugas itu yang dipegang teguh Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi.

Penyu menjadi satwa langka yang perlu dilestarikan.

Tidak hanya menjaga keamanan di wilayah dia bertugas, pria yang akrab dipanggil Pak Babin oleh masyarakat setempat punya kesibukan lain.

Dia juga turut menjaga dan melestarikan satwa yang dilindung, salah satunya penyu, yang merupakan salah satu ikon kabupaten Berau.

Pulau Derawan dengan pantai pasir putih memang menjadi salah satu tempat favorit penyu bertelur, Minggu tgl (05/07/20).

Untuk menjaga agar tidak terjadi perburuan telur penyu, setiap malam Sandy berkeliling pulau memastikan Pulau Derawan bebas dari pencurian telur penyu. Ia mengecek setiap titik yang menjadi tempat penyu bertelur.

“Ini sudah kewajiban. Penyu satwa yang dilindungi. Saya juga mencintai penyu tersebut. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan menjaga penyu tersebut,” ujar Sandy.

Kecintaannya terhadap alam dan lingkungan terus ia buktikan. Ia terus menjaga dari tangan nakal penjarah telur penyu di Pulau Derawan.

Warga pun sudah paham, jika pada malam hari, Pak Babin pasti akan berkeliling pulau untuk mengecek penyu-penyu yang bertelur di pasir pantai.

Ia mengaku, tidak segan-segan menangkap jika mengetahui ada yang berusaha mencuri telur penyu tersebut.

Ia beranggapan, ini merupakan tugas menjaga dan melestarikan salah satu makhluk Tuhan.

“Kalau telur penyu terus menerus dicuri, bakal punah. Anak cucu kita nanti tidak tahu apa itu penyu,” jelasnya.

Sandy menjadi seorang Babinsa di Pulau Derawan sejak 2014 lalu, selama 6 tahun, ia bersama dengan warga menjaga telur penyu tersebut.

Ia kerap berkonsultasi dengan salah seorang warga bernama Ading yang membudidayakan penyu.

“Bersama Ading, saya setiap malam berkeliling pulau mencari telur penyu yang kemudian dibudidayakan hingga menjadi tukik,” katanya.

“Telur penyu itu kan memiliki masa inkubasi selama 2 bulan, setelah menjadi tukik, baru kita lepas liarkan.

Itu suatu kebanggaan tersendiri buat saya,” kata pria kelahiran Seram Bagian Timur (SBT), Ambon.

Sandy beranggapan, penyu harus dilestarikan, jika punah, Pulau Derawan akan kehilangan salah satu objek yang biasanya dinikmati wisatawan.

“Saya malu jika ditanya wisatawan, kini wisatawan nyaris setiap hari bisa melihat penyu berenang,” ujarnya.

Sebagai seorang TNI, merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelestarian alam, baik itu tumbuhannya dan hewan.

Sebelumnya, penyu kerap diburu, baik untuk karapas hingga telurnya.

Ia mengaku sedih jika ada warga yang menjual karapas penyu yang dijadikan cendera mata.

“Saya kerap menegur warga jika ada yang jual cendera mata dari karapas penyu, tetapi kini sudah tidak ada lagi yang jualan,” pungkasnya. (Effendi)