Bupati Haryanto : Masyarakat Butuh Pemahaman Ekonomi Syariah

TH.Indonesia. Pati - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pati menyelenggarakan Halaqoh Ekonomi Syariah di Ruang Penjawi Setda Pati, Sabtu (31/08/19).

Halaqoh Ekonomi Syariah bersama Direktur PBMT.

Acara yang dibuka oleh Bupati Pati Haryanto ini menghadirkan dua pembicara utama, yakni Direktur PBMT (Perhimpunan Baitul Maal wat Tamwil) Muhammad Ridwan dan Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah KH Ahmad Rofiq.

Bupati Pati Haryanto dalam sambutannya mengatakan, meski tema halaqoh ini sudah cukup lama jadi perbincangan masyarakat, namun pihaknya terap menilai kegiatan ini merupakan prakarsa yang baik dari MUI Pati.

"Sebab mungkin ada yang belum memahami secara detail. Maka, semoga acara ini memberi pemahaman pada kita, khususnya umat muslim. 

Sebab, hal ini seringkali yang menjadi perdebatan. Sebab di dalamnya terdapat pembahasan penting mengenai riba, yang haram, atau larangan-larangan lainnya," ujarnya.

Menurut Haryanto, pemahaman mengenai ekonomi syariah merupakan bagian dari tuntutan zaman, terutama di Indonesia, di mana masyarakatnya semakin concern terhadap syariah Islam. Hal ini, antara lain bisa dilihat dari maraknya pelayanan bernuansa syariah.

"Tidak hanya lembaga keuangan syariah. Bermunculan juga hotel syariah, salon syariah, dan lain-lain," ungkapnya.

Bagaimanapun, lanjut Haryanto, pihaknya menyambut baik prakarsa MUI Pati dalam hal ini. Apalagi, menurutnya, hal ini memang merupakan tugas dari pihak yang berilmu untuk memberi pemahaman kepada khalayak.

"Apalagi, kalau dihubungkan dengan visi dan misi saya dalam RPJMD 2017-2022, di situ ada penajaman dalam penanganan UMKM yang menjadi salah satu program prioritas kami. Hal ini tentu terkait dengan tema halaqoh ini", jelasnya.

Sementara itu, Ketua MUI Pati KH Abdul Mujib Sholeh mengatakan, meski kegiatan halaqoh ekonomi syariah semacam ini sudah kerap dilaksanakan sejak dulu, pihaknya tetap merasa perlu mengadakannya di Pati. 

Sebab, menurutnya, masih banyak di antara umat Islam, bahkan juga kalangan santri, yang belum benar-benar memahami hakikat ekonomi syariah.

Sebenarnya, lanjut KH Abdul Mujib Sholeh, dirinya merasa bersyukur dengan menjamurnya lembaga keuangan syariah di Indonesia.

"Terus terang, saya sebagai seorang muslim merasa bersyukur bahwa negara kita, walaupun bukan negara yang berdasarkan agama, namun ternyata mengesahkan adanya bank syariah. 

Inilah yang perlu kita syukuri. Berdiri bank-bank syariah di daerah-daerah, baik swasta maupun milik pemerintah. 

Kemudian disusul dengan adanya BMT-BMT yang ibarat jamur di musim hujan".

Namun, yang ia sayangkan, pada praktiknya, masih ada beberapa lembaga keuangan berlabel syariah yang masih menjalankan sistem perbankan konvensional. Hal ini merupakan keprihatinan pribadinya.

Menceritakan pengalaman pribadinya, KH Abdul Mujib Sholeh mengatakan, dirinya pernah mendatangi sebuah BMT yang tergolong besar. Ia bermaksud menabungkan uang anaknya.

"Namun, saya cermati sistemnya, ternyata sama dengan konvensional. Maka saya minta dia menyampaikan ke atasannya bahwa ini menyalahi syariah" ujarnya.

Di lain hari, lanjutnya, ada pula bank swasta yang memakai simbol syariah berkunjung ke rumahnya dan menawari pinjaman. 

Namun, menurutnya, sistem yang dipakai ternyata juga tidak berbeda dari bank konvensional.

"Atas keprihatinan ini, saya sebagai yang dituakan di MUI Kabupaten Pati merasa perlu mengadakan halaqoh ini".
Adapun peserta kegiatan ini antara lain perwakilan Ormas, Pondok Pesantren, dan lembaga keuangan syariah di Kabupaten Pati. ($.ucipto)