Sambut Ramadhan Pemkab Kudus Gelar Visualisasi Tradisi Dandhangan

TH.Indonesia. Pati - Masyarakat Kudus berbondong-bondong menyaksikan gelaran visualisasi Dandangan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan. 

Dandhangan menjadi tradisi menarik bagi masyarakat Kudus.

Ribuan orang berkerumun di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus untuk menyaksikan pentas kolosal visualisasi puncak tradisi Dandangan.
 
Visualisasi dibuka dengan pertunjukan teater yang menggambarkan tradisi zaman dulu dihelat. 

Acara berlangsung sangat meriah sejak sore hingga petang hari ini. (06/05/19).

“Pertunjukan teater yang menggambarkan tradisi zaman dulu dihelat. Sedangkan sebelumnya Tari Gusjigang dan penampilan artis Arie Koesmiran terlebih dahulu ditampilkan. 

Sejak siang, warga terlihat bersuka-cita berdatangan ke pusat Kota Kretek itu, para pedagang dari berbagai daerah pun memanfaatkan momen tradisi dandangan dengan menggelar lapak di kawasan itu lebih dari sepekan ini.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kudus Rahma Hariyanti mengungkapkan, tujuan dari acara ini adalah untuk  untuk melestarikan budaya, dan mengangkat budaya.

"Acara ini adalah wujud jatidiri, yakni visualisasi dandangan adalah cara masyarakat Kudus menyambut Ramadan," katanya.

"Selain budaya, juga memberi hiburan segar yang edukatif. Kegiatan kesenian dan budaya ini merupakan tradisi Dandangan," kata Rahma dalam sambutannya, Minggu (5/5) sore hari.

Rahma menyebut acara ini sebagai wujud jati diri masyarakat Kudus.  "Dandangan jadi cara masyarakat menyambut Ramadan," ujarnya. 
Dalam sambutannya Bupati Kudus Tamzil menyampaikan.

"Mengawali masuknya Ramadan, memang di Kudus digelar Dandangan, hampir dua minggu di acara ada jualan, hari ini Visualisasi Dandangan," kata Tamzil.

Dia berharap dengan digelarnya visualisasi Dandangan, masyarakat akan teringat atau tahu masa lalu di mana tradisi ini mulai. 

"Saya berharap akan mengingatkan kita pada masa lalu. Di mana beduk yang ditabuh, menjadi tanda awal Ramadan," ujarnya. 

Tamzil menambahkan, “tradisi dandangan telah mengakar kuat bagi masyarakat Kudus sejak ratusan tahun lalu, tradisi dandangan ini merupakan warisan Sunan Kudus atau Syeh Jafar Shodiq untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

"Toleransi antar umat beragama terlihat jelas di Kudus. Semua berkumpul jadi satu di sini, menyambut bulan Ramadhan," tutur Tamzil yang menandai awal Ramadhan dengan pemukulan bedug sore itu. 

Bupati berharap dengan digelarnya visualisasi dandangan, masyarakat akan teringat atau tahu masa lalu di mana tradisi ini mulai.

"Acara ini akan mengingatkan kita semua pada masa lalu, yakni beduk yang ditabuh menjadi tanda awal Ramadan," tambahnya. 

Visualisasi pentas kolosal tradisi dandangan mengejawantahkan pesan toleransi antar umat beragama. Di antaranya melalui teater maupun sendra tari yang melibatkan berbagai macam etnis termasuk Tionghoa.

Tema yang diusung yakni 'Menggali Tradisi, Meneguhkan Kudus Religius'. Menggambarkan kondisi masyarakat Kudus di masa lalu hingga peran Sunan Kudus mengajak masyarakat bersuka-cita menyambut Ramadhan. 

"Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, selamat berpuasa bagi umat muslim," pungkas bupati Kudus setelah menabuh beduk sebagai tanda awal Ramadhan. ($.diman)