Wong Sikep, Ajaran Kapitayan Leluhur Yang Ada di Nusantara

TH.Indonesia. Pati - Dalam keyakinan penganut kapitayan di Jawa, leluhur yang pertama kali dikenal sebagai penganjur Kapitayan adalah Danghyang Semar manusia, pertama yang di turunkan ke dunia sesudah Adam. 

Kapitayan adalah agama leluhur yang disahkan oleh pemerintah, yang tercantum dalam E-KTP (kepercayaan). 

Dalam kitab kuno Pramayoga dan Pustakaraja Purwa Silsilah Nabi Adam sampai Danghyang semar dijelaskan sebagai berikut ; Nabi Adam => Nabi Syis => Anwas dan Anwar => Hyang Nur Rasa => Hyang Wenang => Hyang Tunggal => Hyang Ismaya => Wungkuhan => Smarasanta (Semar) Hampir di setiap ajaran asli Nusantara terekam tentang ADAM, dari mana mereka tau dan faham tentang manusia pertama,siapa yang mengajarkannya....? tentulah sebuah peradaban yang sudah sangat maju.

Mari kita lanjut tentang Kapitayan jawa, ini bukan HINDU. Dalam keyakinan penganut Kapitayan, leluhur yang pertama kali sebagai penyebar Kapitayan adalah Dang Hyang Semar putera Sang Hyang Wungkuham keturunan Sang Hyang Ismaya.

Yang mengungsi ke Nusantara bersama saudaranya Sang Hantaga (Togog) akibat banjir besar di Negara asalnya dan akhirnya Semar tinggal di Jawa dan Togog di luar Jawa. Sedangkan saudaranya yang lain yaitu Sang Hyang Manikmaya, menjadi penguasa alam ghaib kediaman para leluhur yang disebut Ka-Hyang-an.

Secara sederhana, Kapitayan dapat digambarkan sebagai suatu ajaran yang memuja sembahan utama yang disebut Sanghyang Taya yang bermakna hampa, kosong, suwung, awang uwung.

Suwung, moksa, fana, manunggaling-kawula-marang-gusti taya bermakna yang Absolute, yang tidak bisa dipikirkan dan dibayang bayangkan, tidak bisa didekati dengan panca indera. Dasar pemahaman ini adalah membuktikan bahwa ajaran Kapitayan mengenal Tuhan yang maha Tunggal, ini bukan Animisme atau Dinamisme.

Orang jawa kuno mendefinisikan Sanghyang Taya dalam satu kalimat"Tan kena Kinaya Ngapa" yang artinya tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya. Kata Taya bermakna tidak ada tapi ada, ada tetapi tidak ada. Untuk itu agar bisa dikenal dan disembah manusia, Sanghyang Taya digambarkan mempribadi dalam nama dan sifat yang disebut Tu atau To, yang bermakna seutas benang, daya ghaib yang bersifat Adikodrati.

Tu atau To adalah tunggal dalam dzat, Satu pribadi. Tu Lazim disebut Sanghyang Tu-nggal, Dia memiliki dua sifat, yaitu kebaikan dan ke-tidak baikan. Tu yang bersifat baik disebut Tu-han dengan nama Sang Hyang Wenang.

Bentuk kontemplasi spiritual untuk mencapai kesempurnaan tampil pada arca orang duduk bersila di Borobudur, ini bukan patung Buddha.Tu yang bersifat tidak baik disebut han-Tu dengan nama Sang Manikmaya. Baik Sanghyang Wenang dan Sang Manikmaya adalah sifat saja dari sanghyang Tunggal yang ghaib.

Oleh karena Sanghyang Tunggal dengan dua sifat utamanya itu bersifat ghaib, untuk memujanya dibutuhkan sarana yang bisa didekati oleh panca indera dan alam pikiran manusia.

Ajaran ini sudah ada terlebih dahulu sebelum ajaran yang bernama AGAMA ada di muka bumi, ajaran Kapitayan adalah ajaran yang masih merekam peradaban luhur terdahulu Nusantara.

Begitu juga Tengger, Baduy, Kaharingan, Aluk to dololo, Marapu, Samin, Bali dan sebagainya ini semua bukan hindu, bukan animisme dan dinamisme tidak menyembah roh nenek moyang atau roh yang berada di gua dan gunung, tidak...!!!

Ajaran asli Nusantara terdahulu lah yang mendasari ajaran yang tumbuh di india. Pada masa peradaban Lemuria surut sekitar 75.000 SM, kemudian peradaban atlantis (yang hilang) sekitar thn 5.000 SM yang semua peradaban maju terdahulu itu berpusat di Nusantara, terekam dalam manuskrip berita Ramayana dan Mahabarata.

Ajaran Wong samin / sikep "mbancik agama adam" adalah bentuk pengakuan dalam pemahaman Saminisme, "wonge sikep agomone adam". Masyarakat umum menyebutnya WONG SAMIN, sebagian juga menyebutnya SEDULUR SIKEP.

Wong samin, menurut ajaran sikep adalah, "sami-sami" atau sama yang diartikan "saudara sebagai manusia saya juga manusia", "saudara sebagai makhluk, saya juga makhluk".

Seperti itulah pengertiannya dalam bahasa wong sami atau sedulur sikep. Sedulur Sikep atau Wong Samin menjunjung tinggi "roso paseduluran, gotong royong tanpo nyawang kowe sopo lan agamamu opo kabeh kuwi SEDULUR yen gelem di'daku mergo kabeh jejere manungso iku nglakoni sing jenenge "SIKEP" yen gelem NGAKONI. Baik, wong samin atau sedulur sikep itu hanya sebutan dari masyarakat diluar komunitas SIKEP saja.

Yang dijadikan PENGAKUAN dalam ajaran sikep adalah Wong sikep mbancik agama Adam, apakah ini ajaran Hindu.....?
BUKAN....!!!

Ajaran asli Nusantara terdahulu yang masih terekam pada Saminisme bukan Hindu dan bukan Animisme atau Dinamisme, itu hanya LABELING barat saja. Faham dan dasar Saminisme ini sudah ada terlebih dahulu sebelum ajaran yang bernama AGAMA ada di muka bumi.

Banyak terekam dalam budaya asli Nusantara misalnya Kapitayan, Sundawiwitan, Marapu, Aluktodola, Kaharingan, Tolotang, Tengger, Bali dan lainnya, tentang Wong Samin orang diluar komunitas sikep mengkelompokkan wong samin sikep menjadi 4 bagian ;

1. Samin amping-amping : Orang yang mengaku samin tapi prilakunya tidak seperti samin.
2. Samin sangkak : Orang samin yang prilakunya sangkak, misal jika ditanya "ape neng ndi lur..? dijawab "ape meng'arep!" Ditanya "teko ngendi lur...? dijawab "teko mburi!".
3. Samin sumoroto : Orang samin ini lebih terbuka terhadap orang diluar komunitas samin.
4. Samin dlejet : Orang samin yang kukuk menjaga tradisi samin,orang samin ini agak tertutup dengan orang diluar komunitas.

Itu adalah penilaian orang diluar komunitas, sedangkan Wong Samin sikep mempunyai prinsip sendiri,  bahwa "Ajaran iku ninggal nggowo, endi sing ditinggal endi singdigowo kudu biso dimangerteni, sebab iki wes tatanan jowo kudune MAPAH GEDANG".

Nyandang penganggo belang blonteng, batik lurik abang ijo kuning putih ireng sing penting bener pengucape, becik kelakuane" - "iku sing bakal dadi".Yang lebih penting dan menarik adalah kata :" Mbancik Agama Adam ""ADAM" Kata ini banyak terdapat pada ajaran asli Nusantara terdahulu yang masih terekam. ~bersambung~($.tugi)