THI. Majalengka - Kasus Covid-19 menurun drastis di kabupaten Majalengka, sementara kasus DBD meningkat tajam. Jumlah pasien DBD yang kini menjalani perawatan di RSUD Majalengka mencapai 193 pasien, dua diantaranya adalah dokter yang biasanya memberikan pelayanan perawatan, kamis tgl (23/12/21).
Semua ruang perawatan di RSUD Majalengka menurut keterangan Direktur RSUD Majalengka dr Hj Erni Harleni MARS, kini penuh dan kebanyakan yang menjalani perawatan adalah penderita DBD. Tingginya kasus telah terjadi sejak tiga bulan yang lalu.
Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun, hal ini terjadi karena anak-anak lebih rentan terjangkit dibanding orang dewasa.
Anak-anak biasa bermain di halaman yang banyak nyamuk bersarang atau kemungkinan gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita DBD.
“Ruang melati yang khusus untuk perawatan anak-anak kini penuh, ruang lainnya juga demikian karena banyaknya kasus penderita DBD. IGD juga setiap hari penuh dengan pasien yang kebanyakan penderita DBD,” kata Erni Harleni kepada sejumlah rekan wartawan.
Erni menghimbau masyarakat yang mengalami gejala demam tinggi segera dibawa ke dokter menjaga kemungkinan terjangkit DBD atau sedini mungkin dibawa ke Rumah Sakit agar lebih dini menjalani pemeriksaan dan pengobatan.
Menyikapi tingginya kasus DBD Bupati Majalengka Dr. H. Karna Sobahi, M.M.Pd meminta kewaspadaan masyarakat dengan cara membersihkan lingkungan tempat bersarangnya nyamuk. Selain itu segera melakukan fogging untuk membasmi nyamuk dewasa.
“Sekarang kondisi cuaca mendukung perkembangbiakan nyamuk, karena musim penghujan jadi pasti banyak genangan di sekitar rumah, sekolah atau di manapun. Genangan itu bisa menjadi tempat bersarang nyamuk yang paling tinggi.
Makanya kami telah menginstruksikan untuk segera dilakukan penanganan karena jika tidak ditangani secepatnya kasus akan semakin tinggi,” ucap Bupati.
Salah seorang orang tua pasien Asita mengungkapkan anaknya sudah hampir lima hari menjalani perawatan di ruang Melati RSUD Majalengka, awalnya dia tidak menduga anaknya menderita DBD.
Anaknya sakit diawali dengan demam yang cukup tinggi, hingga dua hari suhu tubuhnya tak kunjung turun hingga akhirnya dibawa ke dokter dan dokter mengatakan harus menjalani perawatan karena sakit yang dideritanya adalah DBD.
hal yang sama dialami Nia orang tua anak yang sudah tiga hari menjalani perawatan, anaknya mengalami demam sepulang sekolah hingga kondisinya terus melemah, ketika dibawa ke IGD karena demam tinggi ternyata hasilnya DBD.
“Sekarang katanya lingkungan sudah di fogging oleh warga, karena di komplek banyak yang terjangkit,” kata Nia asal desa Sindangkasih. (edho kaukazus ).