Dok/Indra Trisna septiawan Wasekum bidang perindustrian & perdagangan.
THI. Semarang - Sepanjang tahun 2025, neraca perdagangan Jawa Tengah kembali mencatatkan defisit. Berdasarkan data resmi, nilai ekspor belum mampu mengejar laju impor yang semakin membanjiri pasar lokal.
Kondisi ini memperjelas ketidakmampuan pemerintah daerah dalam merancang kebijakan proteksi industri kecil-menengah dan memperkuat ekspor berbasis nilai tambah, minggu tgl (27/04/25)
Di tengah kondisi tersebut, banjirnya barang impor murah semakin menghimpit daya saing produk lokal, menyebabkan banyak UMKM terseok bahkan gulung tikar.
Sampai hari ini, tidak ada langkah konkret yang ditunjukkan Pemprov Jawa Tengah selain mengumbar slogan pembangunan tanpa dampak nyata di sektor perdagangan.
BADKO HMI JATENG-DIY dengan semangat Keindonesian-Keislaman yang selalu berpihak pada masyarakat merasa sangat miris dengan kondisi ekonomi Indonesia Khususnya Jawa Tengah hari ini.
“Defisit perdagangan yang terus membengkak di Jawa Tengah sepanjang 2025 membuktikan bahwa pemerintah daerah hanya sibuk membuat slogan, tanpa kemampuan nyata memperkuat fondasi ekonomi produktif. Impor dibiarkan liar, sementara ekspor jalan di tempat.” ujar Indra Trisna Septiawan selaku Wasekum Bidang Perindustrian dan Perdagangan.
Selanjutnya indra menegaskan, cukup sudah Jawa Tengah menjadi pasar bagi produk asing. Pemerintah harus segera berbenah dan berfokus mendorong ekspor komoditas berbasis produk jadi, bukan lagi bahan mentah.
Indra selaku pengurus Badko Jateng-DIY juga mendesak pemerintah untuk berhenti bersembunyi di balik laporan angka dan segera mengimplementasikan langkah-langkah nyata ; proteksi pasar dalam negeri, revitalisasi industri lokal, serta ekspansi produk lokal ke pasar internasional dengan pendekatan yang inovatif.
Komoditas unggulan seperti tekstil dan garmen, alas kaki, olahan makanan pertanian, serta produk furnitur kayu harus diutamakan sebagai kekuatan ekspor baru. Bukan hanya menjual bahan baku, tetapi mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi yang mampu bersaing di pasar internasional.
"Tanpa perubahan strategi radikal, Jawa Tengah akan terus terjebak dalam ketergantungan ekonomi dan kehilangan kesempatan emas membangun kedaulatan ekonomi berbasis rakyat. Sebagai informasi untuk neraca perdagangan Jawa Tengah pada Maret 2025 secara total defisit 48,69 juta dolar AS," tutupnya. (RED)